Negara Indonesia merupakan negara yang terdiri dari berbagai perbedaan suku, agama dan ras. Dengan adanya perbedaan itu maka kita bisa menikmati keindahan dunia ini. Justru perbedaan adalah letaknya keindahan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Untuk masalah perbedaan kita bisa belajar dari para pejuang bangsa, 70 tahun yang lalu bergandengan tangan bersatu padu (tanpa memandang suku dan agama) untuk merebut kemerdekaan Republik Indonesia.

Hal inilah yang disampaikan wali kota Surabaya DR(HC). Ir. Hj. Tri Rismaharini, MT., di acara Pernyataan Sikap Bersama dalam Rangka Menjaga Kerukunan dan Keharmonisan Umat Beragama di kota Surabaya yang diselenggarakan di Monumen Tugu Pahlawan, Jumat (24/7/2015).

Dalam kesempatan itu dihadapan Forpimda dan tokoh antar umat beragama Risma mengajak mengingat kembali sejarah para pejuang bangsa Indonesia 70 tahun yang lampau.

“70 tahun yang lalu Surabaya yang dikenal sebagai kota pahlawan, tempat ini (Monumen Tugu Pahlawan), dibawah kita ini terdapat beribu-ribu mayat pejuang yang tidak bisa dikenal sehingga hamparan ini sebetulnya hamparan makam yang sangat luas karena begitu banyak korban yang tidak diketahui siapa Dia, agama apa Dia, suku apa Dia, mereka terbaring dibawah kita,” ujar Risma.

Risma mengungkapkan bahwa para pejuang telah berjuang dengan penuh keyakinan,  suatu saat semua anak cucunya bisa menikmati kebebasan untuk mendapatkan hidup kesejahteraan, kesehatan, pendidikan, dan lainnya. Niat yang sangat luhur,  berjuang tidak mengenal suku dan agama, justru  mereka bergandengan tangan  bahu-membahu berjuang mengorbankan jiwa raganya, tidak ada seseorang pun yang mencari jenazahnya. dengan ketulusan niat itu maka kita semua bisa menikmati perjuangan mereka.

“Oleh karena itu mari kita lanjutkan apa yang mereka perjuangkan dengan tulus ikhlas, Kalau kita saat ini berantem (perselisihan) hanya karena masalah sepele: masalah agama, masalah suku, malah ras, itu artinya pemikiran kita mundur lebih dari 70 tahun yang lalu,” ungkap Risma.

wali kota tri rismaharini

Wali kota Perempuan pertama di Indonesia ini berharap, kota Surabaya menjadi corong persatuan dan kesatuan karena di akhir 2015 masyarakat Indonesia nantinya akan menghadapi pertempuran baru, yakni Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Justru kita harus bergandengan tangan supaya kita bisa menjadi pemenang di negara dan di kota kita sendiri, bukan jadi penonton.

“Musuh yang di depan sebetulnya bukanlah orang lain dan bukan saudara kita sebangsa dan setanah air, akan tetapi musuh yang didepan kita adalah kemiskinan dan kebodohan. Itu yang harus kita perangi, bukan kita berantem hanya masalah-masalah perbedaan yang memang sesungguhnya diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa  dalam arti Tuhan menciptakan perbedaan adalah sebenarnya untuk suatu kedamaian,” tutur Risma, wali kota terbaik nomor tiga di dunia.

Acara tersebut telah dihadiri Forpimda kota Surabaya, tokoh antar umat beragama dan masyarakat, salah satunya ketua DPD LDII kota Surabaya Drs. Ec. H. M. Amien Adhy didampingi Sekretaris Achmad Setiadi, SE. (Sofyan Gani)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here