Pendidikan Umum LDII Untuk Para Santri

 

Yusuf Kalla Di Ponpes LDII

Sementara itu, di Ponpoes Gadingmangu Jombang, sistem pendidikannya berupa klasikal. Artinya, Ponpes ini mengasuh santri-santriwati berupa pendidikan umum, yakni SMP, SMA dan SMK serta menerapkan jenjang pendidikan.

Meskipun di Ponpes Gadingmangu membuka pendidikan umum, namun pendidikan agama diberikan secara intensif. Ponpes yang berdiri tahun 1950 oleh H Bay Prawiranoto seorang Kepala Desa Gadingmangu Jombang bersama H Nur Hasan yang sekarang dipimpin KH Ahmad Fathoni menerapkan pendidikan agama berupa membahas Alquran berupa Qiraatil Shab’a. Hadits, nahu shorof, dan faraidh menggunakan Kutubussittah.

Sementara prestasi yang dicapai para santri-santriwati yang kini berjumlah 3.500 orang di Ponpes ini lulus 100 persen dalam Ujian Nasional (UN) tahun 2011 ini. Ponpes ini juga menerapkan Shalat Tahajjud setiap malamnya dimulai pukul 02.00-03.00 Wib di Masjid Luhur di lingkungan Ponpes.

Berbagai kegiatan dilakukan Ponpes Gadingmangu. Di antaranya, pelatihan dakwah bekerjasama dengan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta serta Diklat Iqro tingkat regional.

Banyak ulama yang berkunjung ke Ponpes Gadingmangu. Seperti, Ketua Komisi Fatwa MUI Pusat KH Ma’ruf Amin serta ulama dari sejumlah kabupaten/kota di Aceh dan Jawa.(HA Ramadhan)

SAKSIKAN: Rombongan ulama Medan didampingi Pimpinan Ponpes Wali Barokah H Sunarto (kanan) menyaksikan para sanri-santriwati yang sedang mempelajari hadits, Selasa (14/6). (Foto: Skala/Ramadhan)

FOTO BERSAMA: Ulama Medan foto bersama pengurus Ponpes Gadingmangu Jombang dipimpin Ketuanya KH Ahmad Fathoni (kedua dari kanan) usai Shalat Magrib Masjid Luhur Ponpes itu, Selasa malam (14/6)

Kunjungan “Muhibbah Tabayyun” Ulama Medan ke LDII-BAWAH HAL 1

Tidak Berbeda Shalat Warga LDII dengan Komunitas Umat Islam

*Hubungan LDII dengan Umaro dan Ulama Cukup Baik

Medan (Skala)

Ketua Umum DPP Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Prof Dr Ir KH Abdullah Syam MSc mengatakan, hubungan antara LDII dengan umaro (pemimpin) dan ulama dimana saja berjalan cukup baik.

“Jikapun ada pihak-pihak yang tidak menyukai LDII dengan menyebarkan isu, fitnah hingga tuduhan LDII sebagai aliran sesat, karena ada kecenderungan kecemburuan sosial. Sebab, dalam sistem pendidikan di Pondok-pondok pesantren (Ponpes) di bawah naungan LDII, kurikulumnya sangat jelas,” katanya ketika menerima kunjungan silaturahmi “Muhibbah Tabayyun” 3 ulama Medan bersama wartawan di Sekretariat DPP LDII kawasan Senayan Jakarta, Rabu (15/6).

Ketiga ulama utusan MUI Medan itu masing-masing Ketua Komisi Dakwah dan Luar Negeri KH Zulfiqar Hajar, Penasihat MUI Medan yang juga Ketua Umum Majelis Dzikir Tazkira Sumut KH Amiruddin MS dan anggota MUI Medan yang juga dosen Fakultas Kedokteran USU Drs H Amhar Nasution MA. Sedangkan turut mendampingi mereka Ketua DPW LDII Sumut Ir H Agus Purwanto, Qari Muhammad Syafii Ssos dan wartawan Skala Indonesia Drs H A Ramadhan Lubis.

Sedangkan Ketua Umum DPP LDII H Abdullah Syam didampingi sejumlah pengurus teras masing-masing Ir H Chriswanto Santoso MSc, H Sobar Widianda, H Mhd Siddiq Waskita, H Aceng Komarullah, H Ahmad Kuncoro, H Tri Gunawan, Rio Sidauruk dan Hari Sumiarta.

Menurut H Abdullah Syam, sejak dahulu warga LDII tetap berpegang teguh kepada Alquran dan Sunnah Rasulullah SAW serta mempedomani keputusan ulama.

Karena itu, ujarnya, adanya isu, tudingan, fitnah hingga tuduhan LDII merupakan aliran sesat sama sekali tidak benar.

“Dalam pendidikan di Ponpes yang kita bina, para santri-santriwati diajar tentang Alquran dan tafsirnya. Begitu juga mempelajari hadits-hadits Nabi Muhammad melalui “Kutubussittah” (6 kitab yang masyhur dan muktabar). Jadi, setiap ada kunjungan ulama atau siapa saja ke Ponpes-ponpes kita selalu ajak mereka untuk melihat langsung perpustakaan yang kita miliki dengan buku-buku dan kitab-kitab yang lengkap,” jelasnya.

“Saat ini kita menguatkan pendidikan kejuruan ke pasar Australia. Apalagi, umat Islam di negara itu sangat ‘haus’ pelajaran tentang agama Islam,” tambahnya.

Selain memfokuskan dalam bidang pendidikan, kata H Abdullah Syam, LDII juga turut membangun kesehatan. Karena itu, klinik ada di Ponpes-ponpes akan kita tingkatkan menjadi rumah sakit.

“Dalam sosial-kemasyarakatan, kita turut berpartisipasi. Seperti, sarasehan lingkungan dan gerakan penghijauan, pelatihan dai-daiyah, seminar hingga pencanangan Gerakan Penghijauan Nasional “LDII Go Green” di Makassar Sulawesi Selatan pada 21 Juni 2010,” jelasnya.

Sebelum bersilaturahmi ke pengurus DPP LDII, rombongan ulama Medan terleih dahulju bersilaturahmi ke pengurus DPW LDII Jawa Timur (Jatim) di sekretariatnya bagaikan gedung bank berlantai 3 di Jalan Gayungan Surabaya Selatan.

Dalam kunjungan silaturahmi “Muhibbah Tabayyun” untuk cek dan ricek dan melihat secara langsung aktivitas warga LDII di Jatim, rombongan ulama diterima secara persaudaraan oleh Ketua DPW LDII Jatim Ir H Chriswanto Santoso MSc didampingi pengurus lain Ir H Samiyono MM, H Hasan Yuswadi dan Bambang Raditya SE MM (unsur wakil ketua), Ir H Dedid Cahya H MT (sekretaris), H Ali Zuhdi SH (bendahara yang juga anggota MUI Jatim) dan Ir H Maun MM (wakil bendahara).

Dalam pertemuan itu, Ketua LDII Jatim H Chriswanto sangat bergembira dan berterimakasih atas kunjungan “Muhibbah Tabayyun” ulama dari Medan. Sehingga, semuanya akan semakin jelas, apakah benar LDII sebagai aliran sesat atau tidak sama sekali.

Dalam hal ini pimpinan rombongan KH Zulfiqar Hajar merasa salut atas penyambutan yang sangat baik dari pengurus LDII Jatim. Ini menunjukkan LDII mengaplikasikan dan mengamalkan hadits Nabi Muhammad SAW yang maknanya:” Siapa-siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhirat, maka hendaklah dia dapat memuliakan tamu”.

Setelah itu, rombongan mengunjungi Pondok Pesantren (Ponpes) Wali Barokah Kediri dan Ponpes Gadingmangu Jombang.

Dari kunjungan kedua Ponpes besar dan pusat pendidikan, khususnya di Ponpes Wali Barokah Kediri yang memiliki Masjid Baitul A’la dengan menara “Asmaul Husna” setinggi 99 meter (23 lantai), rombongan merasa kagum dengan kedisiplinan, kekompakan, keakraban, kerukunan dan persatuan di antara warga LDII serta kebersihan yang senantiasa dijaga. Sehigga, mereka menerapkan “batas suci”, khususnya hendak masuk ke masjid.

Dalam beribadah, khususnya shalat wajib tidak terjadi perbedaan secara mendasar dalam melaksakan 13 rukun shalat, meskipun secara “fur’iyyah” sedikit berbeda. Misalnya, mereka tidak menjaharkan (menjelaskan) bacaan “Basmallah”, tetapi “disirkan”. Begitu pula tidak membaca doa qunut saat Shalat Subuh. Tetapi, mereka mau mengangkat tangan saat KH Zulfiar Hajar memimpin doa.

Begitu juga mereka setiap malam Shalat Tahajjud dan membaca Alquran menjelang shalat wajb dilaksanakan serta mempelajari tafsir Alquran, kitab-kitab hadits muktabar, yakni Kutubussittah yang lengkap tersedia di perpustakaan

Dalam masalah kebersihan, mereka sangat menjaganya. Sehingga, mereka menerapkan “batas suci” di masjid. Ini sejalan dengan hadits Rasulullah SAW yang artinya: “Kebersihan itu bagian dari iman”. Sehingga, kotoran menjadi “musuh” bagi mereka. Bahkan, menara agung (Asmaul Husna) Masjid Baitul A’la di Ponpes Wali Barokah Kediri tidak terdapat kotoran, baik di anak maupun pegangan tangga besi hingga pada setiap lantai menara.

Jadi, apa yang dituduhkan pihak-pihak bahwa LDII adalah aliran sesat sama sekali tidak benar.(ral)

FOTO BERSAMA: Rombongan ulama Medan dipimpin KH Zulfiqar Hajar (kelima dari kiri) diapit Ketua DPW LDII Jatim H Chriswanto Santoso (keenam dari kiri) foto bersama di depan prasasti LDII Jatim di Kota Surabaya Selatan, Senin (14/6). (Foto: Skala/Ramadhan)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here