ldii seminar kebangsaan unair surabaya
ldii seminar kebangsaan unair surabaya

LDII Surabaya – Pada hari Senin, tanggal 7 April 2014, Dewan Pimpinan Daerah Lembaga Dakwah Islam Indonesia (DPD LDII) Kota Surabaya menghadiri Seminar Kebangsaan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga (FISIP-UA) Surabaya.

Kegiatan ini dibuka oleh Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga, Drs. I Basis Susilo, MA, bertempat di Aula Gedung C Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga, mulai pukul 07.30 WIB s.d 12.30 WIB dan diikuti oleh 100 orang, meliputi kalangan akademisi, praktisi hukum, LSM, Pemda, media massa, ormas keagamaan, pengusaha, pelajar/mahasiswa, asosiasi pengajar Pancasila dan lain sebagainya. Adapun tema Seminar Kebangsaan ini adalah “Reimajinasi Pancasila dalam Keindonesiaan Sekarang”.

Acara pembukaan dimulai dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan dilanjutkan sambutan Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga. Dalam sambutannya, Drs. I Basis Susilo, MA menjelaskan bahwa Pancasila sebagai falsafah bangsa harus terus dipelihara dan dijunjung tinggi agar tidak mengurangi nilai-nilainya.

Seminar ini menampilkan 3 nara sumber yakni: Drs. KH. As’ad Said Ali (Wakil Ketua PB NU), Prof. Ramlan Surbakti, MA, Ph.D (Guru Besar FISIP Unair) dan Drs. Priyatmoko, MA. Sedangkan Moderatornya adalah Drs. Haryadi, MA selaku Dosen Ilmu Politik Unair.

Priyatmoko sebagai pembicara pertama fokus konteks Pancasila dan perubahan serta mempersempit pembahasan dalam menyegarkan harapan bernegara, tidak lagi membayangkan sebuah negara ideal yang diangan-angkankan, terutama melihat pada state building atau pembangunan negara.

As’ad Said Ali sebagai pembicara kedua menjelaskan bahwa rumusan imaginatif bangsa yang mampu menjawab tantangan masa depan “bukan negara agama, bukan negara sekuler tetapi negara yang menjunjung tinggi nilai agama, sehingga merupakan gabungan antara agamis/spiritualisme, historis politis, budaya, kebhinekaan, persepsi tentang keadilan dan ide-ide baru pasca revolusi industri: nasionalisme/nation state, republik/kedaulatan, konstitusionalisme, demokrasi keadilan dan kesejahteraan sosial.

Ramlan Surbakti sebagai pembicara ketiga Ada 5 relasi yang perlu dibangun untuk menjawab pertanyaan Apa kata Pancasila mengenai relasi negara agama, negara individu, negara suku bangsa (daerah), negara rakyat, negara pasar (ekonomi). Pertama, kita harus membangun relasi beragama yang proeksisten, Kedua, relasi pusat daerah dibangun atas civic nationalism, bukan ethnic nationalism. Ketiga, hasil amandemen UUD yang dianjurkan Pak Suwoto adalah kedaulatan ada di tangan rakyat dan dijalankan berdasarkan undang-undang. Keempat, reimajinasi Pancasila menghadapi tantangan untuk mendefinisikan ulang keadilan sosial.

Dalam sesi diskusi dan tanya jawab, LDII juga aktif dalam sesi tersebut. Pertanyaan yang disampaikan antara lain mungkinkah Pancasila dilaksanakan bangsa yang kedualatan pangan, ekonomi dan teknologinya belum mumpuni? Apakah kontestasi politik identitas dan politik kebangsaan masih ada dalam keindonesiaan? dan Apakah konsep tentang Pancasila sudah menjadi interaksi di masyarakat grass root? Dan bagaimana cara mengerti dan memahaminya? Dalam konklusi disampaikan bahwa Pancasila adalah idealisasi dalam mengelola negara bangsa. Jika masih ada masalah dalam jati diri bangsa, maka kita masih membutuhkan Pancasila sebagai dasar bangsa.

Dalam acara tersebut, Dewan Pimpinan Daerah Lembaga Dakwah Islam Indonesia (DPD LDII) Kota Surabaya diwakili oleh H. Imam Pujiarto, S.Sos, MSi selaku Wakil Ketua DPD LDII Kota Surabaya.

3 COMMENTS

Leave a Reply to Sunarno Krisna Cancel reply

Please enter your comment!
Please enter your name here