Untuk memperingati HUT TNI ke-71 KOREM 084 Bhaskara Jaya bekerjasama dengan Universitas Merdeka Surabaya mengadakan seminar sebagai sarana napak tilas sejarah terbentuknya TNI di Indonesia, Selasa (4/10). Ini sesuai dengan tema seminar “Mengulas Kembali Sejarah Perjuangan TNI”. Tujuannya agar generasi sekarang mengetahui perjuangan para pendahulu di dalam berjuang membentuk TNI hingga saat ini.

Seminar diikuti sekitar 250 peserta dari satuan Koramil, Kodim dan Korem 084/Bhaskara Jaya sebagai tuan rumah. Hadir pula peserta dari unsur pemuda, mahasiswa, ormas dan tokoh agama.

Sejarah telah mencatat, bahwa perjuangan Tentara Nasional Indonesia (TNI) dalam mempertahankan dan mengisi kemerdekaan Indonesia sejak awal berdirinya pada tanggal 5 Oktober 1945, mengalami pasang surut seiring dengan dinamika kehidupan bangsa yang berlaku saat itu. Perjuangan TNI dari masa ke masa merupakan bukti kesetiaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945.

Kekuatan TNI adalah sikapnya yang tidak kenal menyerah terhadap tekanan kekuatan-kekuatan luar maupun pemberontakan-pemberontakan dalam negeri yang mengancam keutuhan NKRI. Sejarah kelahiran TNI di tengah-tengah perjuangan bangsa adalah untuk menegakkan kemerdekaan, kedaulatan negara, integritas nasional yang mencakup keutuhan bangsa dan wilayah, terpeliharanya keamanan nasional dan tercapainya tujuan nasional, berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945.

Dalam sambutan pembukaan, Danrem 084 Bhaskara Jaya yang diwakili oleh Kepala Staf Teritorial, menyampaikan bahwa tema seminar ini sangatlah bermakna, karena sejarah adalah merupakan guru dari kehidupan. Sejarah tidak hanya mencatat kegiatan-kegiatan yang terjadi waktu itu, namun bisa dipergunakan untuk tumbuh kembangnya kehidupan berbangsa dan bernegara.

“Dengan mengingat sejarah dapat memotivasi jiwa kebangsaan yang kuat. TNI lahir dalam kancah perjuangan bangsa. TNI merupakan perkembangan dari BKR (Badan Keamanan Rakyat) saat jaman perjuangan saat itu. Tugas dan peran TNI sebagai alat negara dan alat pemersatu negara juga sebagai penagkal ancaman bersenjata dari dalam dan dari luar negara. Sebagai tugas pokok TNI adalah menjaga kokoh dan tegaknya Negara Kesatuan yang berdasarkan pada Pancasila dan UUD 1945,” ujar Kaster Korem 084/BJ.

Ditinjau dari aspek sejarah, TNI sejak semula memiliki semboyan “Tentara Pejuang” yang berasal rakyat, tidaklah lahir begitu saja. Jauh sebelum lahir secara formal sebagai TNI, jiwa perjuangan dan kejuangan beserta perlawanan terhadap penjajahan dan penindasan kekuatan asing terhadap bangsa Indonesia sudah dikobarkan sejak sejak kolonialis-imperialis Eropa (Portugis, Belanda, Inggris dan Perancis) susul menyusul datang ke Indonesia untuk menjajah dan mengeksploitasi kekayaan bangsa Indonesia. Sejarah mencatat bahwa sejak awal kedatangan bangsa Portugis yang dilanjutkan Belanda dan Inggris di Nusantara ini, rakyat tidak pernah berhenti melakukan perlawanan bersenjata.

Salah satu pelaku sejarah TNI, Kolonel (Purn) Yos Suharto, menyampaikan bahwa “TNI lahir dari perjuangan rakyat yang ada di daerah-daerah di wilayah Indonesia. Salah satu peristiwa sejarah yang tidak boleh di lupakan adalah Sumpah Pemuda. Karena dalam kegiatan itu ada proses menyatukan tekat dan semangat perjuangan bangsa yang sangat kuat, walaupun terdiri dari beberapa unsur pemuda dari berbagai daerah. Artinya walaupun berbeda budaya, bahasa, daerah mereka tetap bisa menyatukan visi dan misi nya yaitu Negara Indonesia yang Merdeka dan berdaulat sendiri. Kita yang berada di zaman sekarang, hendaknya jangan melupakan sejarah, karena awal perjuangan TNI adalah dari rakyat, kembali ke rakyat dan berjuang untuk rakyat. Hendaknya kaum muda saat ini janganlah mencari ilmu saja, tapi cobalah mengenang sejarah perjuangan tempo dulu bagaimana para pejuang bangsa berjuang untuk bangsa dan negara dengan sepenuh tenaga dan harta”.

Narasumber lainnya, Drs.Agus Sunyoto, M.Pd menyampaikan bahwa “Cikal bakal TNI saat ini yakni dari tentara BKR yang dulu murni berjuang untuk rakyat dan tidak ada bayarannya. Beda dengan tentara zaman sekarang sudah dibayar oleh pemerintah/negara,” ujarnya.

Sejarah mencatat bahwa perlawanan rakyat terhadap para penjajajah sudah ada sejak datangnya para kolonialis-imperalis Eropa sejak armada Demak menggempur Portugis di Malaka tahun 1512 yang disusul dengan perang-perang yang lain di berbagai daerah lain di wilayah nusantara ini, misal Perang Belanda VOC – Mataram di era Sultan Agung tahun 1626 – 1629 dan sebagainya. Namun semua perlawanan itu tidak banyak membawa hasil yang bagus, terutama karena pemimpin perlawanan para guru tarekat, ulama pesantren hanya di dukung oleh kalangan petani, tukang, perajin, pedagang kecil dan santri-santri yang tidak memiliki latar belakang kemilliteran.

Sejarah juga mencatat bahwa kekuatan besar rakyat yang tidak terlatih selalu kalah ketika berhadapan dengan tentara kolonial yang terlatih. Sejak pemerintah Hindia Belanda tunduk kepada Jepang pada 8 Maret 1942, kekuasaan pindah tangan kepada impmerialisme Jepang. Sekalipun Jepang berkuasa dengan tangan besi namun terjadi perubahan besar-besaran dalam peri kehidupan rakyat Indonesia terutama dalam kaitan dengan pengembangan doktrin kemiliteran.

Fakta sejarah mencatat bahwa pemerintah militer Jepang di Indonesia telah menciptakan satuan-satuan militer dan para militer berskala nasional yang terdiri dari pribumi-pribumi Indonesia. Jepang membentuk Barisan Seinendan dan Barisan Keibodan. Kedua barisan ini diberi pelajaran baris-berbaris dan latihan perang-perangan (kyoren). Sedang untuk para mahasiswa dibentuk Himpunan Mahasiswa yang disebut Gakkutai juga di ajari teori perang-perangan. Bermula dari barisan itulah terbentuk Barisan Tentara Rakyat atau disebut dengan BKR dan Tentara Kesatuan Rakyat atau disebut dengan TKR hingga menjadi TNI saat ini.

Salah satu peserta dari ormas, Agus Djatmiko selaku perwakilan dari PC LDII Kecamatan Kenjeran, menyatakan bahwa “Seminar ini sangat bagus, karena banyak diceritakan tentang sejarah awal dibentuknya Tentara Nasional Indonesia (TNI). Sebagai generasi penerus bangsa hendaknya mengetahui sejarah TNI ini, agar bisa lebih menghargai jasa-jasa para pejuang terdahulu. Dan untuk selanjutnya peran generasi penerus saat ini hendaklah selalu memberikan dukungan penuh kepada TNI untuk menjaga keutuhan bangsa ini agar terhindar dari perpecahan bangsa. Selalu menjaga kokoh dan tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ini dari bahaya rongrongan musuh dari dalam maupun dari luar negara. Kita warga negara Indonesia ini hendaknya selalu kompak dan bersatu sama-sama menjaga Negara ini supaya aman tentram dan damai,” kata Agus.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here